Sejarah Maulid

Kita tahu bahwa Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki sejarah yang luar biasa yang patut kita teladani. Misalnya, sejarah kelahiran yang membuat semua tumbuhan di Arab berbuah. Selain itu, tentara gajah yang hendak menghancurkan Ka’bah semuanya binasa.

Oleh karenanya, banyak ulama mengatakan bahwa Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir pada tahun gajah. Yaitu, tahun di mana tentara gajah yang dipimpin Abrahah binasa oleh kerikil kecil dari neraka yang dibawa burung Ababil.

Selain itu, terdapat kisah pamannya bernama Abu Lahab merasakan senang luar biasa atas kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke dunia. Tapi, di akhir hayatnya dia tidak bisa masuk Islam. Namun, dalam beberapa riwayat diterangkan bahwa Allah memberikan keringanan siksaan pada hari Senin atas kebahagiaannya ketika kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak hanya itu, sejarah dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menyebarkan agama Islam dari suatu daerah ke daerah tidak selamanya berjalan mulus. Misalnya, di kota Thaif Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilempar batu hingga berdarah. Namun, tidak lantas membalasnya, melainkan berdoa bahwa di antara mereka kelak keturunannya bisa masuk Islam.

Peringatan Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal, sudah mempunyai sejarah panjang dan masih lekat hingga kini.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pertama kali diadakan pada abad IV Hijriah oleh Dinasti Fathimiyah yang bermazhab Islam Syiah di Mesir. Penetapan peringatan pertama Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut diungkap Al Maqrizy ahli sejarah islam yang dituangkan dalam bukunya Al Khutath.

Dalam kitab itu, dia menjelaskan dinasti Fathimiyah yang kali pertama menyelenggarakan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dinasti Fatimiyah adalah penguasa di seluruh Mesir kala itu.

Dinasti Fathimiyah mampu menyelenggarakan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena dinasti ini telah menguasai mesir sejak tahun 362 H, dengan raja pertamanya Al Muiz lidinillah.

Raja Al Muiz bahkan dikenal sebagai penguasa yang tak hanya menetapkan perayaan dari Sejarah Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  saja. Pada awal menguasai mesir, raja dinasti Fathimiyah telah membuat enam perayaan hari lahir, yang lima di antaranya ditujukan untuk ahlul bayt Rasulullah:

  1. Hari lahir ( maulid ) Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
  2. Hari lahir Imam Ali bin Abi Thalib
  3. Hari lahir Fatimah Az Zahra
  4. Hari lahir Imam Hasan
  5. Hari lahir Imam Husein
  6. dan, hari lahir raja yang berkuasa.

Sejak itulah raja penguasa mesir ini dan keturunan yang menjadi penguasa dari dinasti Fathimiyah terus menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga saat ini.

Setelah dinasti Fatimiyah runtuh tahun 1169 Masehi, lahirlah dinasti Ayyubiah yang dibangun Salahudin Al Ayyubi. Kala itu, Shalahuddin al Ayyubi menyaksikan warga merayakan hari lahir Imam Ali bin Abi Thalib sebagai wujud kecintaan mereka.

Karena itulah, Salahuddin al Ayyubi menggagas festival syair, yang melahirkan syair-syair besar di bidang cerita tentang Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu’alaihi wa ssalam, yaitu ada Barzanji dan Ad Diba’I.

Dari sanalah muncul perayaan-perayaan maulid. Salahuddin al Ayyubi menilai perayaan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bisa membangkitkan semangat perjuangan umat Islam.

Oleh sebab itu, dia menginstruksikan perayaan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  setiap tahun di tanggal 12 Rabiul Awal. Perintah itu dia sampaikan pada musim haji tahun 579 hijriyah atau 1183 Masehi.

Sejarah Peringatan Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu’alaihi wa ssalam di Indonesia sendiri tak lepas dari peran para Wali Songo yang hingga kini diyakini sebagai para tokoh penyebar agama Islam di tanah air. Sembilan orang wali Allah turut memperingati sekitar tahun 1404 masehi dimana peringatan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dijadikan untuk menarik masyarakat terhadap ajaran agama Islam kala itu.

Penyebaran para Wali Songo yang banyak dilakukan di pulau jawa juga turut dileburkan dengan budaya jawa hingga beberapa wilayah di pulau jawa sering menyebut peringatan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Gerebeg Mulud.

Penamaan tersebut tak lepas dari cara perayaan para masyarakat yang sering menggelar upacara nasi pegunungan. Hingga kini peringatan Sejarah Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  sendiri masih terus dilakukan oleh umat muslim di tanah air setiap tahunnya.

Peringatan biasanya dilakukan dengan membaca manakib Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kitab Maulid Barzanji, Maulid Sumtud Dhurar,  Saroful Anam serta bacaan lainnya. Peringatan sejarah Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi kebahagian bagi umatnya, yang hingga kini menjadi umat yang ditolong dari kegelapan menuju terang benderang. Tanpa adanya sejarah Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak akan ada perayaan Nuzulul Quran, Isra Mikraj dan hari besar Islam lainnya.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperkuat diantaranya hadis shahih Imam Muslim yang disebutkan: ketika Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengapa puasa di hari senin dan menjawab bahwa itu hari lahirnya itulah nash yang paling jelas dinilai diperbolehkannya peringatan Maulid nabi.

Dari Abu Qotadah Al-Anshori Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas Beliau menjawab:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR Muslim)

Penguatan lain di antaranya perintah Allah SWT untuk bersalawat yang terdapat pada surah Al-Ahzab:56,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى انَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga bisa didasarkan atas hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud. “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”

Imam Syafi’i mengatakan suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan kitabullah, sunnah dan ijma dinilai terpuji. Wallahu a’lam bishshawabi