Sebab Turunnya Rizki

Ada sebab-sebab yang dapat melapangkan rizki adalah sebagai berikut:


– Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan
menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman,
artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang
tidada disangka-sangkanya.” (At Thalaq 2-3)

Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam
segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di
akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh
adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap
permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya
rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, “Yaitu barang
siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan
menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan
keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah
yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas
sama sekali sebelumnya.”
Allah swt juga berfirman, artinya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS. 7:96)
– Istighfar dan Taubat
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat,
sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
“Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Rabbmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai.”
(QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, “Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud
(ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab
turunnya rizki dan hujan.”
Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri,
maka beliau berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”, lalu ada orang lain
yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, “Beristighfarlah
kepada Allah”. Ada lagi yang mengatakan, “Mohonlah kepada Allah agar
memberikan kepadaku anak!” Maka beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada
Allah”. Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang,
beliau pun juga menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan
berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar
beristighfar.” Beliau lalu menjawab, “Aku mengatakan itu bukan dari
diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat
Nuh,(seperti tersebut diatas, red)
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan
lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan
lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati
masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta.
Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana
yang diharapkan.
– Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
“Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu
sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar
dan kembali dalam keadaan kenyang.”
(HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri
dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa
hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada
di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat,
kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan
selainnya adalah dari Allah semata.
Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh
al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada
Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan
menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat,
menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan
keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang
mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
– Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah
satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang senang untuk
dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung
silaturrahim.”
(HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
“Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda, “Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu
yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena
sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga,
memperbanyak harta dan memperpanjang umur.”
(HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada
hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris
atau tidak, mahram atau bukan mahram.
– Infaq fi Sabilillah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal
yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah)
akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan
balasan di akhirat kelak.”
Juga firman Allah yang lain,artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti)
kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir);
sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt
berfirman, “Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak
kepadamu.” (HR Muslim)
– Menyambung Haji dengan Umrah
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu
Mas”ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda, artinya,
“Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan
menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan
karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada
balasannya kecuali surga.”
(HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan
umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah
tersebut dengan melakukan ibadah haji.
– Berbuat Baik kepada Orang Lemah
Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan
pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada
orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
“Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. al-Bukhari)
Dhu”afa” (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada
fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar,
hamba sahaya dan lain sebagainya.
– Serius di dalam Beribadah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Allah Subhannahu wa Ta”ala
berfirman, artinya,
“Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada
Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung
kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi
dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu.”

Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta
tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga
dalam beribadah, tunduk dan khusyu” hanya kepada Allah, merasa sedang
menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya
sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.
Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah,
jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan
kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di
sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini.
Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua.
Amin.
Al-Sofwah( Sumber: Kutaib “Al Asbab al Jalibah lir Rizqi”, al-qism al-ilmi Darul Wathan. )